Sabtu, 21 Februari 2015

Digempur Teknologi, Bertahan Ciptakan Peralatan Tradisional

kerajinan tembikar

 Di saung beratap terpal dan genteng, seorang pria paruh baya sibuk merapikan hasil kerajinan. Dia menyusunnya dengan teliti dalam sebuah tempat hingga terlihat rapi. 

Kerajinan itu berbentuk mirip trapesium, namun lebih beraturan. Ukurannya sekitar 50 cm x 100 meter. Bagian atasnya lebih kecil dari bagian bawah. Ada dua lubang pada kerajinan itu. Satu lubang berukuran lebih besar dari yang lainnya.

Usut punya usut, kerajinan itu merupakan tungku pembakaran yang biasa digunakan kebutuhan memasak bagi masyarakat yang tak menggunakan kompor gas.

Dua lubang itu untuk buat menyimpan perkakas dapur (memasak). Sebagai sumber api, di bawah lubang itu bisa digunakan kayu bakar.

Iim (56), lelaki paruh baya itu. Dia hanya satu dari separuh warga Kampung Ciluncat Desa Cibadak Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur yang menjadi perajin gerabah. Berdua bersama sang istri tercinta, Iim setiap hari memproduksi gerabah jenis tungku tanah liat.

"Iya setiap hari saya dan istri memproduksi tungku ini. Dalam sehari bisa membuat sekitar 10 buah tungku," kata Iim, seperti dikutip INILAH KORAN, beberapa waktu lalu.

Tanpa alat pencetak modern, hasil kerajinan tangan Iim terbilang sangat rapi. Hampir semua tungku tanah liat buatannya berukuran sama. Ukuran lubangnya pun nyaris sama.

"Hanya mengandalkan pengalaman saja buat membikin tungku ini, Pak, karena memang sudah puluhan tahun membuatnya, jadi tahu betul cara membuat ukurannya biar bisa sama," terang Iim.

Hampir 20 tahun Iim menggeluti pekerjaan sebagai perajin gerabah. Dia paham betul secara detail ukuran tungku itu meskipun hanya mengandalkan peralatan seadanya. "Sebetulnya sih gampang-gampang susah bikinnya. Tapi karena sudah sering, jadi terbiasa," tambahnya.

Menurut Iim, proses pembuatan tungku memang sangat membutuhkan proses cukup lama. Apalagi proses pengeringan sangat membutuhkan sekali bantuan sinar matahari. Kondisi curah hujan yang cukup tinggi saat ini memang jadi kendala bagi Iim untuk membuat sebanyak-banyaknya tungku tanah liat.

"Untuk menghasilkan tungku yang baik dan tahan lama, selain diperlukan bahan baku tanah liat yang bagus, juga harus ditunjang pengeringan alami dengan mengandalkan sinar matahari. Tapi dengan kondisi cuaca saat ini, cukup jadi kendala bagi saya," terangnya.

Kepala Desa Cibadak A Saptaji mengakui wilayahnya bisa dibilang sentra pembuatan berbagai jenis gerabah berbahan tanah liat. Hampir separuh warganya tercatat merupakan perajin gerabah, sedangkan sebagian lagi merupakan penjual.

"Ada yang buat tungku, ada juga yang buat cobek, celengan, pot kembang, gentong (tempat air), genteng, dan lainnya. Tapi saat ini paling banyak adalah perajin tungku tanah liat," kata Saptaji.

Saptaji menuturkan, tidak diketahui persis sejak kapan kerajinan gerabah itu mulai marak bermunculan di wilayahnya. Bahkan dia mengingat kembali masa lalunya saat bocah.

"Sejak saya kecil, kerajinan gerabah ini sudah ada di sini. Mungkin sudah puluhan tahun wilayah kami jadi sentra kerajinan gerabah," tuturnya.

Suka Dengan Artikel Ini ?

0 komentar "Digempur Teknologi, Bertahan Ciptakan Peralatan Tradisional", Baca atau Masukkan Komentar

Posting Komentar

 
 
Copyright © 2013. Santri Berkreasi - All Rights Reserved
Design by Nurfaizin | Powered By Blogger.com